Tradisi Leluhur Budaya Jawa Timur

Selasa, Juli 20, 2021







Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan ragam budaya. Setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas kebudayaan masing-masing.Tidak hanya budaya yang beraneka ragam di Indonesia, tetapi juga Indonesia memiliki adat istiadat yang luar biasa (Nur’aini, Nining, dkk. 2013). Salah satunya adalah Kebudayaan jawa

Asal-Usul Budaya Jawa

“Dalam catatan Yunani, yang ditulis Claucius Ptolomeus (tahun 165 M) istilah labadiou (jawadwipa) digunakan untuk menyebut pulau Jawa, yang mana kurang lebih artinya adalah sebuah pulau yang jauh terletak di tenggara yang kaya akan beras .

Njowo digunakan sebagai sebuah ungkapan untuk mendefinisikan tingkah laku seseorang, atau dengan kata lain njowo itu adalah mengerti; paham; beretika sesuai dengan (budaya) Jawa .

Peradaban tertua di Indonesia yang tercatat dalam perjalan pelancong-pelancong (dari Cina maupun pedagang India ) masa lalu adalah Sakanagara (abad 1 M) sendiri terletak di pesisir barat Pulau Jawa, di sekitar daerah Pandeglang. Dari komunitas ini kemudian lahirlah Taramarajuk (abad 4 M). Sedangkan di bagian tengah Pulau Jawa, peradaban tertua di awali dengan kerajaan Kalingga (abad 6 M). Kemudian untuk Pulau Jawa bagian timur , peradaban pertama yang dicatat adalah kerajaan Kanjuruhan dengan ditemukannya prasasti Dinoyo (tahun 760) yang ditulis dengan huruf Jawa Kuno (Kawi). Kemudian dilanjutkan dengan kerajaan yang didirikan oleh Mpu Sendok, raja terakhir dari Wangsa Sanjaya yang berkuasa di Mataram pada abad 9 M, yang memindahkan ibukota kerajaan lebih ke timur di tepi Sungai Brantas. Diduga karena bencana alam meletusnya gunung Merapi.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan “peradaban tertua yang pernah tercatat di Pulau Jawa dimulai dari barat ke timur”. Juga terdapat bentuk sinkritisme yang paling pas dan harmonis antara ajaran teologi Islam-Hindu-Buddha-dan Jawa”. 

Berikut Tradisi di Jawa Timur yang masih dilestarikan 

1. Nyadranan 

Nyadran berasal dari bahasa Sanskerta, sraddha yang artinya keyakinan. Nyadran adalah tradisi pembersihan makam oleh masyarakat Jawa, umumnya di pedesaan. Nyadran adalah suatu rangkaian budaya yang berupa pembersihan makam leluhur, tabur bunga, dan puncaknya berupa kenduri selamatan di makam leluhur. 

Nyadran merupakan salah satu tradisi dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan. Nyadran biasanya dilaksanakan pada setiap hari ke-10 bulan Rajab atau saat datangnya bulan Sya’ban. Dalam ziarah kubur, biasanya peziarah membawa bunga, terutama bunga telasih. Bunga telasih digunakan sebagai lambang adanya hubungan yang akrab antara peziarah dengan arwah yang diziarahi. Para masyarakat yang mengikuti Nyadran biasnya berdoa untuk kakek-nenek, bapak-ibu, serta saudara-saudari mereka yang telah meninggal. Seusai berdoa, masyarakat menggelar kenduri atau makan bersama di sepanjang jalan yang telah digelari tikar dan daun pisang. Tiap keluarga yang mengikuti kenduri harus membawa makanan sendiri. Makanan yang dibawa harus berupa makanan tradisional, seperti ayam ingkung, sambal goreng ati, urap sayur dengan lauk rempah, prekedel, tempe dan tahu bacem, dan lain sebagainya.

Nyadran menjadi bagian penting bagi masyarakat Jawa. Sebab, para pewaris tradisi ini menjadikan Nyadran sebagai momentum untuk menghormati para leluhur dan ungkapan syukur kepada Sang Pencipta. 

2. Larung Sesaji 

Larung Sesaji Labuh Bumi merupakan serangkaian upacara adat/ ritual selamatan masyarakat Kediri yang diselenggarkan oleh pemerintah Kota Kediri pada setiap peringatan Hari Jadi Kota Kediri. Upacara adat ini biasanya berlangsung menjelang siang hari di tepian Sungai Brantas, tepatnya di bawah Jembatan Brawijaya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata Larung adalah membiarkan hanyut atau menghanyutkan, sedangkan Saji adalah persembahan sajian berupa makanan atau benda lain. Larung saji adalah menghanyutkan persembahan berupa makanan atau benda lain dalam upacara keagamaan dengan simbolis. Upacara larung saji adalah bentuk rasasyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasayang telah memberikan rejeki yangmelimpah terutama dalam bentuk hasil bumi untuk masyarakat.  

Memiliki dua agenda kegiatan inti yang berbeda dalam satu upacara, yang dimulai dengan Larung Sesaji, yaitu menghanyutkan sepotong kepala lembu dan bebek di Sungai Brantas, kemudian diikuti dengan Labuh Bumi. Labuh bumi sendiri merupakan tiga tumpukan raksasa yang berisi berbagai macam hasil bumi, umumnya adalah pala kependhem/ polo pendem (berupa umbi-umbian), sayur-sayuran, dan nasi kuning. Sajian didalam tampah besar ini nantinya akan diperebutkan oleh seluruh masyarakat yang menghadiri upacara adat tersebut.

3. Siraman Sedudo

Salah satu tradisi yang ada di Jawa timur tepatnya di desa Ngliman, kabupaten Nganjuk ialah siraman Sedudo,acara ini dilaksanakan ketika malam 1 suro dimana para masyarakat dari dalam maupun luar daerah akan datang berbondong-bondong untuk sekedar melihat acara siraman ini maupun untuk merasakan sendiri kesegaran dan khasiat dari air terjun Sedudo. Karena masyarakat sekitar yakin bahwa air terjun Sedudo ini ialah air suci yang membawa keberuntungan. Tradisi siraman ini bertujuan sebagai sarana pembersihan diri,jiwa,dan raga. Tradisi ini digelar rutin oleh masyarakat, ada juga masyarakat yang datang untuk mensucikan benda pusaka mereka.

4. Megengan 

Yaitu tradisi dimasyarakat jawa timur yang dilakukan menjelang bulan suci ramadhan tiba. Tujuannya adalah untuk menyambut ramadhan dengan memperbanyak shodaqoh kepada orang lain. Megengan berasal dari kata "megeng" yang artinya menahan, tidak hanya menahan dari makan dan minum tetapi juga menahan dari segala nafsu. Dalam tradisi Megengan biasanya ada acara mendoakan sesepuh yang dilaksanakan dimasjid. Megengan juga diisi dengan acara syukuran dengan membagi-bagikan makanan (brekat) terutama kue apem. Setelah acara do'a bersama dan brekatan biasanya orang-orang saling bersalaman dan saling meminta maaf.

5. Maleman 


Yaitu salah satu tradisi dimasyarakat jawa timur atau biasa disebut dengan selikuran. Istilah maleman atau selikuran ini dilaksanakan pada malam-malam ganjil bulan ramadhan yaitu malam 21, 23, 25, 27 dan 29. Tradisi ini melibatkan seluruh jamaah masjid/mushola. Pada tradisi ini masyarakat berbondong-bondong membawa brekat atau nasi bungkus dengan berbagai lauk pauk kemasjid. Tujuan tradisi Maleman yaitu mengajarkan kita untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, semakin menggiatkan ibadah-ibadah sunnah mengingat bulan ramadhan akan segera berakhir, sehingga pada sepuluh hari terakhir masyarakat berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan.

6. Kupatan



Tradisi kupatan dilakukan beberapa hari setelah idul Fitri, biasanya para warga membuat anyaman ketupat sendiri dengan memanfaatkan janur(daun kelapa yang masih muda). Kata kupat dalam bahasa Jawa adalah kependekan dari "Ngaku lepat"/"Laku papat". Tradisi berawal dan diperkenalkan oleh sunan Kalijaga. Nah,ketupat punya makna "Ngaku lepat" atau mengakui kesalahan,dalam kupat ada juga "janur" sebagai pembungkusnya. Janur adalah kepanjangan dari (sejatine nur) yang melambangkan kondisi manusia yang bersih dan suci setelah melaksanakan puasa

written by: Aprilia Aulizfidya A.


You Might Also Like

0 Comments

Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Blog Ini

Sugeng amersani

Adbox